Menurut Kamus Bahasa Indonesia kemiskinan adalah
keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti
makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan
erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan
mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah
"negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada
negara-negara yang "miskin".
Kemiskinan
dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
• Gambaran kekurangan materi, yang
biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan
pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi
kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
• Gambaran tentang kebutuhan sosial,
termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
• Gambaran tentang kurangnya
penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat
berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Sedangkan Kepala Badan Pusat Statistik , Rusman
Heriawan mengatakan seseorang dianggap miskin apabila dia tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidup minimal. Kebutuhan hidup minimal itu adalah kebutuhan untuk
mengkonsumsi makanan dalam takaran 2100 kilo kalori per orang per hari dan
kebutuhan minimal non makanan seperti perumahan, pendidikan, kesehatan dan
transportasi. "Jadi ada kebutuhan makanan dalam kalori dan kebutuhan non makanan dalam rupiah. Kalau rupiahnya yang terakhir
adalah Rp 182.636 per orang per bulan," kata Rusman Heriawan kepada BBC.
Dengan definisi itu, jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2008 mencapai
sekitar 35.000.000 jiwa.
Angka itu merupakan hasil survei sosial ekonomi
nasional, Susenas dengan sampel hanya 68.000 rumah tangga, padahal jumlah rumah
tangga di Indonesia mencapai 55.000.000. Menurut ahli statistik dari Institut
Teknologi Surabaya, Kresnayana Yahya, cara pandang pemerintah terhadap
kemiskinan tidak mencerminkan realitas.
"Ada yang tidak diperhitungkan, perusak-perusak
kalori. Orang merokok bisa enam sampai tujuh batang. Itu sebenarnya negatif.
Dia bisa mengatakan belanjanya sekian, tetapi di dalamnya ada enam-tujuh batang
rokok," kata Kresnayana Yahya.
2.
Mengukur Kemiskinan
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori ,
yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu
pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat
/ negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi
yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira
2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai
hidup dengan pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk
pendapatan dibawah $2 per hari, dengan batasan ini maka diperkiraan pada 2001
1,1 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang
didunia mengkonsumsi kurang dari $2/hari."Proporsi penduduk negara
berkembang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990
menjadi 21% pada 2001.Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk
dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang
separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu
tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di
dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di
negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke
sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat
dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini
keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini,
negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
3.
Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan
banyak dihubungkan dengan:
• penyebab individual, atau patologis, yang melihat
kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si
miskin;
• penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan
dengan pendidikan keluarga;
• penyebab sub-budaya ("subcultural"), yang
menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau
dijalankan dalam lingkungan sekitar;
• penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai
akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
• penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa
kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan
pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat
(negera terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang
diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau
rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
4.
Kemiskinan Di Indonesia
Pengentasan kemiskinan tetap merupakan salah satu
masalah yang paling mendesak di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang hidup
dengan penghasilan kurang dari AS$2-per hari hampir sama dengan jumlah total
penduduk yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$2- per hari dari semua
negara di kawasan Asia Timur kecuali Cina. Komitmen pemerintah untuk
mengentaskan kemiskinan tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) 2005-2009 yang disusun berdasarkan Strategi Nasional Penanggulangan
Kemiskinan (SNPK). Di samping turut menandatangani Tujuan Pembangunan Milenium
(atau Millennium Development Goals) untuk tahun 2015, dalam RPJM-nya pemerintah
telah menyusun tujuan-tujuan pokok dalam pengentasan kemiskinan untuk tahun
2009, termasuk target ambisius untuk mengurangi angka kemiskinan dari 18,2
persen pada tahun 2002 menjadi 8,2 persen pada tahun 2009. Walaupun angka
kemiskinan nasional mendekati kondisi sebelum krisis, hal ini tetap berarti bahwa sekitar 40 juta orang saat
ini hidup di bawah garis kemiskinan. Lagi pula, walaupun Indonesia sekarang
merupakan negara berpenghasilan menengah, proporsi penduduk yang hidup dengan
penghasilan kurang dari AS$2-per hari sama dengan negara-negara berpenghasilan
rendah di kawasan ini, misalnya Vietnam.
Ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di
Indonesia. Pertama, banyak rumah tangga yang berada di sekitar garis kemiskinan
nasional, yang setara dengan PPP AS$1,55-per hari, sehingga banyak penduduk
yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan. Kedua,
ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga
tidak
menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang mungkin tidak
tergolong (miskin dari segi pendapatan) dapat dikategorikan sebagai miskin atas
dasar kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya
indikator-indikator pembangunan manusia. Ketiga, mengingat sangat luas dan
beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan
antar
daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia.
1. Banyak
penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Angka kemiskinan nasional
sejumlah besar penduduk yang hidup sedikit saja di atas garis kemiskinan
nasional. Hampir 42 persen dari seluruh rakyat
2.
Kemiskinan dari segi non-pendapatan adalah masalah yang lebih serius
dibandingkan dari kemiskinan dari segi pendapatan. Bidang-bidang khusus yang patut
diwaspadai adalah:
• Angka gizi buruk (malnutrisi) yang tinggi dan bahkan
meningkat pada tahun-tahun terakhir: seperempat anak di bawah usia lima tahun
menderita gizi buruk di Indonesia, dengan angka gizi buruk tetap sama dalam
tahun- tahun terakhir kendati telah terjadi penurunan angka kemiskinan.
• Kesehatan ibu yang jauh lebih buruk dibandingkan
dengan negara-negara di kawasan yang sama, angka kematian ibu di Indonesia
adalah 307 (untuk 100.000 kelahiran hidup), tiga kali lebih besar dari Vietnam dan
enam kali lebih besar dari Cina dan Malaysia hanya sekitar 72 persen persalinan
dibantu oleh bidan terlatih.
• Lemahnya hasil pendidikan. Angka melanjutkan dari
sekolah dasar ke sekolah menengah masih rendah, khususnya di antara penduduk
miskin: di antara kelompok umur 16-18 tahun pada kuintil termiskin, hanya 55
persen yang lulus SMP, sedangkan angka untuk kuintil terkaya adalah 89 persen
untuk kohor yang sama.
• Rendahnya akses terhadap air bersih, khususnya di
antara penduduk miskin. Untuk kuintil paling rendah, hanya 48 persen yang
memiliki akses air bersih di daerah pedesaan, sedangkan untuk perkotaan, 78
persen.
• Akses terhadap sanitasi merupakan masalah sangat
penting. Delapan puluh persen penduduk miskin di pedesaan dan 59 persen
penduduk miskin di perkotaan tidak memiliki akses terhadap tangki septik,
sementara itu hanya kurang dari satu persen dari seluruh penduduk Indonesia
yang terlayani oleh saluran pembuangan kotoran berpipa.
3.
Perbedaan antar daerah yang besar di bidang kemiskinan. Keragaman antar daerah
merupakan ciri khas Indonesia, di antaranya tercerminkan dengan adanya
perbedaan antara daerah pedesaan dan perkotaan. Di pedesaan, terdapat sekitar
57 persen dari orang miskin di Indonesia yang juga seringkali tidak memiliki
akses terhadap pelayanan infrastruktur dasar hanya sekitar 50 persen masyarakat
miskin di pedesaan mempunyai akses terhadap sumber air
bersih,
dibandingkan dengan 80 persen bagi masyarakat miskin di perkotaan. Tetapi yang
penting, dengan melintasi kepulauan Indonesia yang sangat luas, akan ditemui
perbedaan dalam kantong-kantong kemiskinan di dalam daerah itu sendiri.
5.
Prioritias Untuk Pengentasan Kemiskinan
Strategi pengentasan kemiskinan yang efektif bagi
Indonesia terdiri dari tiga komponen:
• Membuat
Pertumbuhan Ekonomi Bermanfaat bagi Rakyat Miskin
• Membuat
Layanan Sosial Bermanfaat bagi Rakyat Miskin.
• Membuat
Pengeluaran Pemerintah Bermanfaat bagi Rakyat Miskin
Sebagai
kesimpulan, masalah kemiskinan Indonesia yang terus ada dan bersifat khas,
digabung dengan prioritas pemerintah dan kemampuan fiskal untuk menanganinya,
Indonesia saat ini berada dalam posisi untuk meraih kemajuan yang berarti dalam
upaya mengentaskan kemiskinan. Pertanyaannya adalah: dari mana semua harus
dimulai? Berbagai tindakan diperlukan di beberapa bidang untuk menangani empat
butir penting dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia yaitu:
a. mengurangi kemiskinan dari segi pendapatan melalui
pertumbuhan
b. memperkuat kemampuan sumber daya manusia
c. mengurangi tingkat kerentanan dan risiko di antara
rumah tangga miskin, dan
d. memperkuat kerangka kelembagaan untuk melakukannya
dan membuat kebijakan publik lebih memihak masyarakat miskin.
Mengingat
ke-empat butir tersebut di atas, maka ada 16 tindakan berikut merupakan
prioritas untuk dilakukan dengan segera. Ke 16 tindakan itu yaitu:
1) Hapuskan larangan impor beras.
2) Lakukan investasi di bidang pendidikan dengan fokus
pada perbaikan akses dan keterjangkauan sekolah menengah serta pelatihan
ketrampilan bagi masyarakat miskin, sambil terus meningkatkan mutu dan
efisiensi sekolah dasar.
3) Lakukan investasi di bidang kesehatan dengan fokus
pada perbaikan mutu layanan kesehatan dasar (oleh pemerintah dan swasta) dan
akses yang lebih baik ke layanan kesehatan.
4) Suatu upaya khusus diperlukan untuk menangani angka
kematian ibu yang sangat tinggi di Indonesia.
5) Perbaiki mutu air bagi masyarakat miskin dengan
menggunakan strategi berbeda antara daerah pedesaan dengan perkotaan.
6) Tangani krisis sanitasi yang dihadapi Indonesia dan
masyarakat miskinnya.
7) Luncurkan program berskala besar untuk melakukan
investasi pembangunan jalan desa.
8) Perluas (sampai tingkat nasional) pendekatan
pembangunan berbasis masyarakat (CDD) Indonesia yang sukses.
9) Pengembangan secara utuh sistem jaminan sosial
komprehensif yang mampu menangani risiko dan kerentanan yang dihadapi oleh
masyarakat miskin dan hampir miskin.7
10) Revitalisasi
pertanian melalui investasi di bidang infrastruktur dan membangun kembali riset
dan penyuluhan.
11) Memperlancar sertifikasi tanah dan memanfaatkan
kembali tanah gundul dan tidak subur untuk penggunaan yang produktif.
12) Membuat peraturan ketenagakerjaan yang lebih
fleksibel.
13) Perluas jangkauan layanan keuangan bagi masyarakat
miskin dan tingkatkan akses usaha mikro dan kecil ke pinjaman komersial.
14) Perbaiki fokus kepada kemiskinan
dalam perencanaan dan penganggaran di tingkat nasional untuk penyediaan
layanan.
15) Jalankan program pengembangan kapasitas untuk
meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam merencanakan, menganggarkan dan
melaksanakan program pengentasan kemiskinan.
16)
Perkuat monitoring dan kajian terhadap program kemiskinan.
6.
Banyak Program, Namun Kemiskinan Tetap Tinggi
Ketika program subsidi langsung tunai (SLT) berakhir,
banyak yang menduga angka kemiskinan meningkat di 2007. Bank Dunia, misalnya,
pada laporan World Bank East Asia Update yang dilansir November 2006,
memperkirakan angka kemiskinan tahun depan akan meningkat setelah berakhirnya
program SLT.
"Program Subsidi Tunai Bersyarat yang akan
dimulai tahun depan akan terlalu kecil untuk meredam dampak berakhirnya
SLT," kata laporan itu.
Kajian Tim Indonesia Bangkit lebih kritis lagi.
Gabungan pengamat ekonomi di tim itu menilai angka kemiskinan pasti meningkat
di tahun ini mengingat daya beli rakyat yang terus merosot. Lalu karena
berakhirnya SLT, dan tak terkendalinya harga kebutuhan pokok seperti kenaikan
harga beras dan minyak goreng serta banjir di beberapa daerah.
"Angka kemiskinan hanya akan turun dengan dua
kemungkinan, melakukan perubahan dan rekayasa metodologi perhitungan. Kedua,
melakukan perubahan atau pembersihan sampel data, yang merupakan cara yang
sangat vulgar dan manipulatif serta sangat memalukan baik secara moral maupun
intelektual," tutur pengamat ekonomi Imam Sugema. Namun, di luar dugaan angka kemiskinan justru turun
2,13 juta orang dari tahun lalu. Dengan perubahan garis kemiskinan dari Rp
151.997 per kapita per bulan menjadi Rp 166.697 per kapita per bulan. Besar
kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi garis kemiskinan karena
penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita
per bulan di bawah garis kemiskinan.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, kenaikan
pendapatan masyarakat yang berada di garis kemiskinan itu meningkat
dibandingkan kenaikan harga bahan pokok. Di samping itu, walau harga beras
naik, namun diimbangi dengan digelontorkannya program beras bagi masyarakat
miskin. BPS menilai walau pun SLT berakhir tetapi banyak penduduk miskin yang
dapat menggunakan duit yang berasal dari SLT untuk bekerja informal. Terkait
kemiskinan ini, analisa Bank Dunia menunjukkan, perbedaan antara orang miskin
dan yang hampir miskin di Indonesia sangat kecil.
Kerentanan untuk jatuh miskin sangat tinggi di
Indonesia. Bank Dunia menyebutkan, ada tiga ciri menonjol dari kemiskinan di
Indonesia. Pertama, banyak rumah tangga yang berada di sekitar garis kemiskinan
yang setara dengan pendapatan perkapita US$ 1,55 per hari. Sehingga banyak
penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin, rentan terhadap kemiskinan.
Kedua, ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan
sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang
yang mungkin tidak tergolong miskin dari segi pendapatan, tapi dikategorikan
sebagai miskin atas dasar kurangnya akses terhadap pelayanan dasar. Serta
rendahnya indikator-indikator pembangunan manusia.
Ketiga, mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah
Indonesia, perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di
Indonesia.
Sedangkan dana yang dikucurkan untuk program
kemiskinan, dinilai tidak menyentuh langsung ke permasalahan kemiskinan.
Anggaran kemiskinan sebesar Rp 54 triliun di 2007 dan Rp 62 triliun di 2008,
menurut Imam Sugema, dari nilai Rp 54 triliun itu yang langsung bersentuhan
dengan kemiskinan hanya Rp 5 triliun. Meski demikian, walau dari sisi statistik
kemiskinan di Indonesia turun, tetapi kenyataannya, kesenjangan ekonomi antara
yang kaya dan miskin di Indonesia masih tajam.
Besarnya jumlah penduduk miskin itu, karena masih besarnya angka pengangguran di Indonesia. Tidak terserapnya angkatan kerja, memang disebabkan lambatnya laju ekspansi sektor usaha. Data BPS menunjukkan, jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2007 mencapai 108,13 juta orang atau bertambah 174 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2006 yang tercatat 106,39 juta. Dari penambahan angkatan kerja itu, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja pada Februari tahun ini mencapai 97,58 juta orang. Dengan begitu, jumlah pengangguran di Indonesia masih mencapai 10,55 juta orang hingga Februari 2007.
Besarnya jumlah penduduk miskin itu, karena masih besarnya angka pengangguran di Indonesia. Tidak terserapnya angkatan kerja, memang disebabkan lambatnya laju ekspansi sektor usaha. Data BPS menunjukkan, jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2007 mencapai 108,13 juta orang atau bertambah 174 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2006 yang tercatat 106,39 juta. Dari penambahan angkatan kerja itu, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja pada Februari tahun ini mencapai 97,58 juta orang. Dengan begitu, jumlah pengangguran di Indonesia masih mencapai 10,55 juta orang hingga Februari 2007.
Bagaimana pun juga, jika pemerintah masih belum mampu
menggerakkan sektor riil, maka pengangguran masih akan membengkak karena
angkatan kerja terus bermunculan dan jumlah penduduk yang belum bisa diatasi
seperti terlihat pada data periode Maret 2006 populasi penduduk sebesar 221,328
juta orang menjadi 224,177 juta orang di 2007.
Tugas berat bagi pemerintah saat ini maupun pemerintah
yang selanjutnya memang mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran. Tentu
kita mengharapkan, pemimpin-pemimpin negara ini tidak lagi terpecah-pecah
dengan beragam keinginan partai melainkan menjadi satu untuk bersama-sama
mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran ini.
Kasriyati, S.Pd.
Penyuluh Keluarga Berencana (PKB)
Kecamatan Pengasih
Kabupaten Kulon Progo
Sumber :
http://firmansyahsikumbang.blogspot.com/2012/06/masalah-dan-strategi-pengentasan.htmln
http://www.anneahira.com/faktor-penyebab-kemiskinan.htm
http://situsbaca.blogspot.com/2011/12/kemiskinan-merupakan-hambatan.html
http://santisianipar.blogspot.com/2012/12/penanggulangan-kemiskinan.html
http://gratismaniz.blogspot.com/2009/02/banyak-program-namun-kemiskinan-tetap.html
http://www.anneahira.com/faktor-penyebab-kemiskinan.htm
http://situsbaca.blogspot.com/2011/12/kemiskinan-merupakan-hambatan.html
http://santisianipar.blogspot.com/2012/12/penanggulangan-kemiskinan.html
http://gratismaniz.blogspot.com/2009/02/banyak-program-namun-kemiskinan-tetap.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar